Ilustrasi. Sumber www.pexels.com
Peta perkawinan yaitu memberikan
gambaran yang luas tentang pengalaman kebanyakan pasangan saat mereka
bernegosiasi di medan perkawinan. ( Pengalaman-pengalaman hidup antara 2 orang yang
berbeda karakter lalu disatukan dalam sebuah rumah tangga memang bukan hal
mudah. Bukan hal mudah !) .
Kita memang tidak perlu terlalu
terpaku pada urutan yang ada ( penjelasan dibawah ini ) karena beberapa
pasangan bergerak melewati tahap ini lebih cepat daripada yang lainnya, dan
beberapa melangkahi tahapan tertentu secara keseluruhan. Mari kita simak Michele Weiner Davis dalam bukunya, The
Divorce Remedy (2001), berikut ini dapat memberikan perenungan bagi kehidupan
perkawinan kita masing-masing.
TAHAP 1 – Kejayaan Gairah (
Masa-masa pernikahan awal lagi indah-indahnya di tahun-tahun pertama dan atau
kedua biasanya nihh J )
Tahap awal ini merupakan masa
berbulan madu. Ada banyak kegembiraan dan hidup yang penuh kegairahan bersama
pasangan. Anda melihat begitu banyak kesamaan dengan pasangan : menikmati hobby
yang sama, musik, film, dan kegiatan lainnya ( Pada awal-awal pernikahan bagi
kebanyakan orang, kesamaan dalam hal apapun akan dijumpai terlebih dahulu ).
Semuanya tampak
sempurna, Anda membayangkan masa depan yang
cerah. Kebaruan dan kegembiraan hubungan menstimulasi produksi kimiawi
dalam tubuh Anda yang meningkatkan energi dan sikap positif, serta meningkatkan
seksualitas dan sensualitas. Anda merasa nyaman di hadapan pasangan Anda dan
rasanya tidak cukup waktu dalam sehari untuk bersama. Namun ( perlu diingat dan
waspada ), sukacita Anda akan segera berganti, ternyata hidup dalam perkawinan
tidak semudah yang semula Anda bayangkan.
TAHAP 2 – Apa Yang Telah saya Pikirkan ? ( Perbedaan sifat dan karakter serta kebiasaan pasangan yang tidak
sesuai dengan yang kita harapkan )
Dalam beberapa hal, tahap ini
adalah tahap yang paling sulit. Hal-hal kecil mulai mengganggu Anda. ( Tahap
ini relatif terjadi pada tahun pernikahan yang ke... bagi setiap pasangan. Tidak selalu sama ).
Anda baru menyadari
bahwa pasangan Anda menghabiskan terlalu lama waktu di toilet, sering
meletakkan barangnya dimana-mana ( sedangkan Anda tipe orang yang teratur dan
rapi tentu hal kecil ini akan sangat mengganggu dan melelahkan jika setiap saat
pasangan kita tidak bisa rapi dan teratur dalam menyimpan barang-barang
khususnya barang setelah pakai misalnya. Pun kita sudah berulangkali
mengingatkan tetapi terus berulang ) dan cara makannya dengan mulut yang
berbunyi sangat mengganggu Anda.
( Terkadang kita berpikir bahwa, mengapa
pasangan saya menjadi seperti ini? Tidak seperti yang saya kenal seperti dulu ?
Hey hey, bukan. Bukan masalah karena dia berubah, tapi kitalah yang baru
terbuka mata hatinya atas segala sesuatu yang tidak kita harapkan ada dalam
diri pasangan selama ini.)
Dalam tahap ini, Anda mulai menyadari bahwa ada banyak perbedaan antara
Anda berdua. Anda menikmati sering berlibur diluar kota, sementara pasangan Anda lebih suka tinggal
dirumah dan menghemat uangnya. Anda bingung tentang apa yang terjadi.
Anda bertanya-tanya apakah ada “alien”
yang telah menculik pasangan Anda dan meninggalkan Anda dengan makhluk yang asing dan rumit ini. Anda
merasa kecewa dan bertanya-tanya apakah Anda telah melakukan kesalahan. (
Karakter asli dan kebiasaan dari alam bawah sadar pasangan mulai terbuka, tapi
itu menandakan bahwa pasangan sudah mulai nyaman dengan kebersamaannya bersama
kita karena kebiasaan dan karakter yang menurutnya fine-fine saja sudah ia
lakukan tanpa ia sadari dan tanpa berpikir lagi apakah yang ia lakukan menjadi “salah”
dimata kita).
Ketika Anda mengingatkan diri
sendiri bahwa Anda telah membuat komitmen seumur hidup, Anda mulai memahami
arti sebenarnya dari keabadian. Ironisnya, hal ini berada di tengah perasaan
yang bertentangan dengan semangat Anda karena juga dihadapkan pada
berbagai macam putusan yang mengubah
hidup Anda selama ini. Sebagai contoh, sekarang Anda harus memutuskan kapan
akan mempunyai anak,kapan akan menjenguk orangtua dan siapa yang akan membayar
tagihan listrik, rumah dsb. Contoh-contoh kesepakatan seperti ini tidak mudah
terjadi. Seorang yang tadinya dipandang sebagai pasangan mulai dirasakan
sebagai lawan.
TAHAP 3- Segala Hal Akan Baik Jika
Anda Berubah
Dalam hal ini, kebanyakan orang
yakin bahwa ada dua cara untuk melihat berbagai hal yaitu sudut pandang cara
pasangan dan sudut pandang cara Anda, keduanya dikenal sebagai cara yang benar.
Setiap pihak beranggapan caranyalah yang paling benar. Ketika seseorang berada
dalam keadaan pikiran seperti ini, mereka kesulitan untuk memahami mengapa
pasangan mereka begitu terpaku pada cara mereka sendiri dalam melihat sesuatu
hal. ( Contohnya kita menganggap bahwa membiasakan menuruti keinginan anak
adalah hal yang kurang baik untuk anak kedepannya, tetapi pasangan justru
selalu menuruti keinginan anak dengan tujuan yang menurutnya benar.)
Mereka menganggap itu muncul dari
sikap pasangan yang keras kepala, pendendam, atau adanya kebutuhan untuk
menguasai. Mereka tidak berfikir bahwa pasangannya juga memikirkan hal yang
sama tentang mereka. Kemarahan, sakit hati, dan frustasi memenuhi khidupan
perkawinan mereka.
Tahap ini adalah masa ketika
banyak orang menghadapi persimpangan jalan perkawinan.
Pertama, dengan adanya keyakinan
bahwa mereka sudah mencoba segalanya, beberapa orang kemudian menyerah. Mereka
mengatakan bahwa mereka menikah dengan orang yang salah. Perceraian tampaknya
menjadi satu-satunya solusi bagi mereka.
Pilihan kedua mereka mengundurkan
diri untuk berada dalam situasi status quo dan memutuskan untuk menjalani
kehidupan secara terpisah.
Namun, pilihan ketiga ada
juga banyak orang yang memutuskan bahwa
sudah waktunya untuk mengakhiri perang dingin dalam satu rumah dan mulai mencari cara-cara yang lebih sehat
serta memuaskan dalam berinteraksi atau berkomunikasi menyampaikan keinginan
kepada pasangan.
TAHAP 4 – Itu Cara Pasangan Saya ( Dia adalah dia , dan saya adalah saya. Saya tidak bisa merubah dia menjadi saya ataupun sebaliknya )
Pada tahap ini, kita akhirnya
berdamai dengan kenyataan bahwa kita tidak akan pernah sepakat dalam segala hal
dengan pasangan dan kita harus mencari strategi yang kita lakukan agar kita
hidup lebih damai. Secara perlahan, kita mulai bisa menerima bahwa tidak ada
sejumlah alasan, permohonan, omelan, teriakan atau ancaman yang akan merubah
pikiran pasangan kita. Kita bisa menjadi lebih mudah meaafkan pasangan kita
ataskekerasan kepalanya dan mengakui bahwa memang tidak mudah hidup bersama. (
Kakak beradik yang se- ibu bapak pun berbeda-beda sifat dan karakter, apalagi
suami istri yang berbeda ibu bapak :D )
Ketika perselisihan terjadi, kita
terus berupaya untuk menempatkan diri pada sudut pandang pasangan kita dan kita
jadi memperoleh lebih banyak rasa kasih dan pengertian. Kita menjadi “teman
sekelompok” kembali.
TAHAP 5 – Bersama Kembali
Karena Anda tidak perlu berjuang
untuk menjelaskan siapa diri Anda dan pernikahan seperti apa yang seharusnya
terjadi, keadaan menjadi lebih damai dan harmonis. Semua penderitaan dan kerja
keras dari tahap sebelumnya benar-benar telah terbayar lunas. Anda menyadari
bahwa “makhluk asing” yang telah
menculik pasangan Anda dalam tahap 2 sudah mengembalikan pada Anda secara baik.
Anda senang menemukan bahwa kualitas yang Anda lihat begitu lama pada pasangan
Anda tidak pernah benar-benar lenyap, hanya makin disamarkan saja. ( Tahap ini
adalah tahap dimana kedua pihak sudah saling memaklumi, menyadari bahwa apa
saja yang ada di dalam diri pasangan yang tidak kita senangi sejatinya tidak
akan pernah bisa lepas dari pasangan, hanya kita saja yang berusaha untuk
menyamarkan perbedaan yang ada.)
Semua ini memperbarui perasaan
saling terhubungkan. Anda dapat meninjau kembali ke belakang dan merasa positif
dengan prestasi yang telah dicapai baik sebagai pasangan, keluarga maupun
individu.
Hal yang paling penting diingat
adalah bahwa pada umumnya orang tidak melewati tahapan tersebut secara
berurutan. Ada 3 langkah kedepan dan 2
langkah ke belakang. Ketika Anda mulai merasa lebih damai satu sama lain di
tahap 4, kemudian terjadi kkrisis, maka Anda menemukan diri tergelincir kembali
ke tahap 3, kemudian bisa saja Anda atau pasangan berubah atau justru mengalami
kegagalan. Kualitas dan kuantitas cinta yang dirasakan satu sama lain tidak pernah berhenti. Cinta dan pernikahan merupakan sesuatu yang dinamis.
( Oleh karena itu, pernikahan
langgeng bukan terjadi karena banyak kesamaan antara 2 manusia, tetapi karena
adanya sikap saling menghormati, memahami dan mengerti terhadap pasangan akan
banyaknya kerikil perbedaan. Kesabaran adalah kunci utama menghadapi sifat kecil
pasangan yang kurang sreg dan sesuai dihati kita menjadi nomor satu yang sangat
dibutuhkan. Dan itu dilakukan terus menerus sampai usia pernikahan yang hanya maut
memisahkan. Karena pernikahan adalah bukan akhir dari pembelajaran kehidupan,
tetapi awal pelajaran hidup yang waktu belajar dan menempuhnya sampai mati. )
Insya Allah :)
Sumber :Kompas/Konsultasi h.25/ Edisi Sabtu, 5 Nov 2016 ( Rubrik asli diatas tanpa huruf miring, huruf miring adalah pendapat penulis )
0 comments:
Post a Comment