Sunday, September 13, 2015

Ingin Jadi Pengusaha , Perempuan Perlu Perkuat Karakter


Dengan Persentase kurang dari 2 persen, jumlah wirausaha di Indonesia terbilang sedikit, apalagi kalau dibandingkan dengan negara lain. Hal ini tentu menyiratkan sebuah potensi atau peluang, termasuk bagi perempuan Indonesia yang hingga kini jumlahnya yang menjadi pengusaha atau profesional masih kurang dari 5 persen dari total jumlah penduduk
( Contohnya Ny.Martha Tilaar dengan bisnis kosmetiknya Sariayu, Ny.Elizabeth dengan bisnis tas “Elizabeth” nya dll )


            Kita bisa melihat beberapa contoh perempuan yang sukses merintis usaha dan namanya diperhitungkan di beberapa bidang bisnis. Tengok Noni Purnomo ( Blue Bird Group ), Martha Tilaar ( Sariayu ) dan Susi Pudjiastuti ( pengusaha perikanan yang kini menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan ). Mereka bisa menjadi inspirasi tentang gambaran perempuan sukses berbisnis. Namun, ada kendala yang kerap menghambat adalah permasalahan karakter.
( Menurut saya, perempuan lebih cenderung mengutamakan perasaannya ketimbang perhitungannya karena sejatinya sifat dasar wanita seperti itu ).


            Tidak semua orang bisa mengambil keputusan dengan baik dan tegas. Tidak terkecuali perempuan. Sikap ragu-ragu dan mudah mengubah keputusan dalam waktu singkat tanpa pertimbangan yang jelas perlu dijauhi.


            Hal tersebut juga terkait dengan rasa percaya diri seseorang yang rendah atau kurangnya informasi. Apabila seorang perempuan memutuskan menjadi wirausaha, Ia perlu memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Untuk itu, ketika seorang perempuan menjadi pengusaha, ia perlu terus belajar mengenai hal-hal yang terkait dengan bisnis.

( Jadi wanita di jaman sekarang, tugas rumah tangga sebegitu simple karena banyak peralatan rumah tangga yang  serba cepat. Kayak mesin cuci, magic com contohnya. Waktu luang pun tersisa, cobalah untuk berkarya ,salah satunya dengan berwirausaha. Selain waktu dengan anak dirumah bisa cukup intensif, ibu pun bisa berprestasi tanpa harus “ngantor”. Ga kayak dulu mesti abisin banyak waktu seharian buat kerjain rumah tangga. Juga,  perbanyak baca, baca dan baca. Baca ga mesti baca buku atau atikel dari internet. Baca lingkungan sekitar, mengamati keadaan sekitar juga termasuk membaca. Ketika ilmu dan wawasannya sudah luas, maka rasa percaya diri itu akan tumbuh dan berakar)

Rasa takut saat akan memulai sesuatu juga bisa menjadi kendala bagi perempuan. Ketakutan kegagalan atau menghadapi masalah berat juga bisa membuat seseorang berfikir ulang mengenai usaha yang dirintisnya. Jika tidak memiliki keberanian yang tinggi dan mengambil risiko, seorang perempuan lebih rentan gagal dalam membangun usaha.


( Seperti yang saya katakan sebelumnya, perempuan lebih cenderung mengutamakan perasaan . Ketika merasa kecewa, perempuan cenderung mudah putus asa dan menyerah dibandingkan dengan laki-laki. Maka,  sikap tangguh dan tahan goyah perlu dilatih sejak dini dalam diri wanita yang berkeinginan untuk menjadi seorang pengusaha. Sekali dua kali gagal, coba lagi. Karena Einstein pun berhasil ketika sudah gagal yang ke 1000x, Colonel Sanders yaitu Founder KFC ditolak 1009 x sebelum ayam goreng pertamanya terjual ).
 
Kemampuan berhitung dan bercermat juga diperlukan. Pengelolaan keuangan yang baik akan mendukung pengambilan keputusan yang tepat. Tidak hanya mengenai segi keuangan, manajemen waktu pun perlu dilakukan dengan baik, Waktu yang terbuang sia-sia bisa berarti melewatkan kesempatan atau peluang dalam merintis usaha.


( Urusan berhitung masalah keuangan, biasanya sebagian besar perempuan cermat dalam hal ini. Kemudian, mengenai manajemen waktu, harus dibiasakan multitasking dalam sekali waktu. Melihat peluang dan kesempatan yang datang jangan pernah ditunda. Usahakan segera eksekusi karena siapa tau kompetitor kita justru yang lebih dulu mengeksekusi ide kita ).


Hal-hal tersebut sepertinya terdengar sederhana. Namun kerapkali orang melupakan atau malah menganggap sepele sehingga bisnis tidak kokoh. Bisa jadi inilah salah satu hambatan dunia wirausaha Indonesia.


Hal ini dilatarbelakangi oleh minimnya informasi pendidikan, pengetahuan dan informasi pendirian usaha. Industri kecil pun masih banyak yang stagnan atau tidak berkembang. Wirausaha perempuan yang bergerak di bidang UMKM diperkirakan masih banyak, jauh lebih banyak dibandingkan perempuan pebisnis level menengah ke atas. Contoh UMKM yang banyak digerakkan adalah catering dan menjahit.


Untuk mengembangkan UMKM menjadi usaha yang lebih besar dengan cakupan luas, setiap orang perlu memiliki keinginan yang tinggi untuk mengembangkan usahanya. Hal ini juga perlu diikuti dengan kerja keras dan konsisten.


( Kurangnya sosialisasi dari pemerintah tentang pembinaan UKM, kepesertaan  program Kemenkop dan UKM dana hibah untuk UKM sebagai modal awal, dll. Kerja keras dan konsisten perlu diterapkan. Malah ada anggapan bahwa harus sanggup menjadi budak untuk diri sendiri. Konsisten menjalani di 1 bidang usaha. Bukan sekarang mengembangkan produk kecantikan, besok mengembangkan produk elektronik misalnya).
 
Sumber : Kompas/Klasika, Sabtu 22 Agustus 2015
 
 

0 comments:

Post a Comment